Halaman

Senin, 29 Oktober 2012

"ombak perompak"

Layar hitam dibayang putih,
legam tak berjeda diantara teriak dan tawa... 
Ditikam kecewapun tlah biasa...
Terbalut angan ditangan tak terentang,
Lalu kukayuh putih tanpa pemutih,
Dan terhenti dilamunan sunyi,
Suar tanpa nada berputar menusuk mata,
Dimanakah engkau saat terhalang silau,
Aku lelaki malam yang terselip di dermaga tanpa samudra,
Terkapar tertancap pedang perompak cinta,,,
Layar hitam tanpa cahaya,
berjeda tanpa suara,
diantara gemuruh ombak para pujangga.
Disini aku hanya riak yang tertelan ombak.
Dan senyap berteriak jadi serak.  
Tertimbun embun congkak di rumput tak berjarak.
semarang, 29 oktober 2012
 
keterangan gambar: sketsa pantai siung gunung kidul Daerah Istimewa Yogyakarta // ink on paper // size A4

Sabtu, 27 Oktober 2012

"elegi sunyi"

lamunku terguyur hujan, tanpa suara kodok,
menepi di diri, tanpa jelas rasa di hati,
sunyiku beriring air di genting, tanpa nada beragam irama,
otakku tersesat dilabirin hatimu tanpa ku tahu pintu menujumu,

lalu berapa banyak lagi cerita yang ingin kau tulis,
sedangkan tumpukan buku diotakku tlah usang tak terbaca olehmu, 
tanpa pernah kutahu apakah aku tlah menjadi memoar hatimu,
atau hanya sebuah buku catatan harian yang berisi keluh kesah dan kesedihanmu,

sendiri dalam butiran air hujan,
yang dingin hanyalah raga,
yang kuyup hanyalah kemeja tanpa warna,
jiwa ini, cinta ini biarlah menjadi elegi sunyi.

Semarang, 28 0ktober 2012

"ingin tahu" // oil pastel on paper // size A4

Jumat, 26 Oktober 2012

"di ujung kailku"

...lalu ku lempar kail sekuat tenaga agar jatuh ketengah telaga, bersama harapan yang ada dalam otakku yang dangkal, "dapat ikan" kataku dalam hati.

Dua jam berlalu aku ber-diri di tepi telaga ini, diatas ranting pohon yang tumbang diterpa badai musim hujan tahun lalu. Lima menit berlalu terhitung dari lemparan kailku yang terakhir, ada sedikit gerakan di pengapung kailku, sedikit sekali, nyaris tak terlihat, hampir tak terasa getaranya di pangkal joran yang aku pegang, nafasku tertahan, semua konsentrasi kuarahkan pada gerakan pengapung kailku, semua reflek kusiapkan pada kedua tanganku yang memegang kuat namun rileks pada joran keberuntungan milikku.
 
dan, lagi... "sial", kataku dalam hati, kutarik mata kailku dari dalam air, tak kudapati umpan sedikitpun karena telah habis dimakan ikan. kupasang lagi umpan dengan penuh pengharapan untuk kudapatkan ikan. 

"satu saja", kataku dalam hati, agar aku tak pulang dengan tangan hampa. dengan sedikit jampi-jampi yang pernah di beri pak kyai waktu belajar ngaji duapuluh tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku SMP.

jampi-jampi ini cukup terbukti buatku, entah karna aku cukup tersugesti, entah karena ini keberuntungan, atau entah karena memang cukup manjur jampi-jampi ini.

aku tak pernah tahu dan tak pernah memusingkannya, sebab yang kuinginkan hanyalah keberuntungan, yang kulemparkan adalah harapan, dan yang ku tunggu adalah waktu.

waktupun cepat berlalu, diantara kail dan lamunanku, sore tlah memanggilku untuk menambatkan harapan, "biarlah ikan ikan itu menunggu lemparan umpanku lain waktu", kata dalam benakku.
Tak ada ikan yang ku dapat, bahkan  tak ada kekecewaan sore itu, yang ada hanyalah joran dan mata kailku, yang telah melewati waktu.

"Dan aku hanyalah raga yang berteman asa, waktu dan keberuntungan".

semarang, 26 oktober 2012


judul gambar: "mancing iwak"//doodling with drawing pen on paper//size A3

Selasa, 16 Oktober 2012

"kalau kata pak mohawk... "

seolah olah seluruh negeri sedang membicarakan hari akhir, yaa... di televisi, radio, jejaring sosial media, di pos kampling, di warung wedangan, didalam angkutan umum, mereka semua sedang beropini mengenai kasus KPK vs Polri.
sampai sampai mereka beropini, "seandainya saya jadi ketua KPK... bla..bla..bla...".
dari opini yang sok ideal, sok jujur, sok adil, sok bijaksana, sampai opini yang cukup oportunis... namanya juga opini, mereka tidak menjadi subjek, mereka bukan pelaku... jadi bebas aja mereka mau ngomong apa.

Pak Mohawk yang hanya seorang buruh, cuma cengar-cengir dan ikut menyampaikan opininya,
kalau kata Pak Mohawk..."seandainya saya jadi ketua KPK... ''ahh... terkadang mengakui kesalahan itu lebih susah di banding mempertanggungjawabkan sebuah pekerjaan, ini semua soal resiko pekerjaan dan itu manusiawi sekali, sikap jujur, 'bersih' dan objektif itu bukan pilihan, tapi itu modal yang harus dimiliki seorang ketua KPK"

"bukannya tidak mungkin Pak Mohawk menjadi Ketua KPK, tapi saya ini belum cukup adil secara objektif untuk menjadi seorang yang bisa mengemban amanah masyarakat Indonesia sebagai orang yang bersih dan jujur", kata Pak Mohawk.


ketika dinegara ini, Indonesia
membasmi koruptor sama susahnya dengan membasmi tikus
apa yang terfikir oleh para manusia berdasi di negeri ini,
dan tak hanya kaum pemerintahan...korupsi bisa terjadi di mana saja...
dalam lingkungan keluarga, Rukun Tetangga, Lembaga Negeri maupun Swasta
dari yang bersandal jepit sampai ber-sepatu kulit.
koruptor = tikus kotor
sudahkah anda(Koruptor) korupsi hari ini?
mungkin hari ini anda beruntung unuk tidak ter-perangkap
atau mungkin butuh lebih dari satu perangkap untuk bisa menangkap anda(koruptor)
atau bahkan anda(koruptor) telah berteman dengan perangkap?
#salam jujur dari Pak Mohawk





http://arthiriono.blogspot.com/2010/06/mouse-trap-1.html
http://arthiriono.blogspot.com/2010/07/mouse-trap-2.html
http://arthiriono.blogspot.com/2010/07/mouse-trap-3.html