Halaman

Rabu, 21 April 2021

Punokawan Suluk

Punokawan, Istilah punokawan yang konon berasal dari kata: pana yang artinya melihat dengan jelas, dan kawan artinya: teman atau sahabat.

Sosok karakter Nala Gareng dan Petruk (wayang jawa) adalah saudara angkat yang diadopsi oleh Semar. Antara sosok Gareng dan Petruk ini ada karakter yang bertolak belakang. Meskipun berpikir cerdas dan hati-hati, tetapi sulit menyampaikan sesuatu melalui kata-kata yang diucapkan dari mulutnya sendiri.

Berbeda dengan Petruk yang cenderung asal bicara tetapi sedikit bodoh. Tokoh Bagong lebih di gambarkan sebagai sosok manusia berwatak lugu yang apa adanya dan teramat sederhana, namun mempunyai ketabahan hati yang luar biasa dan tangguh. Sedangkan sosok Semar atau Batara ismoyo sendiri merupakan simbol atas manusia dengan kedalaman ilmu dan kearifan jiwa yang luar biasa.

Semar berasal dari kata Arab yaitu Simaar atau Ismaraun yang artinya paku. Paku adalah alat untuk menancap sesuatu yang agak tegak dan kuat dan tidak goyah. Ismoyo dari kata asmakku kemantapan dan keteguhan yang didasari Keyakinan yang kuat agar usaha tersebut tertancap sampai mengakar. Nala gareng sejati berasal dari kata Naala Qorin yang artinya memperoleh banyak kawan.

Pretruk di pertama kali adalah pertama dari kata Fatruk yang meninggalkan yang jelek. Petruk juga disebut Kantong bolong maknanya bahwa setiap manusia harus mengamalkan harta yang berlebih kepada sesama dan menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa secara ikhlas tanpa pamrih. (Suparjiyono dengan edit ulang oleh Purwoko)(sumber: google)

Suluk (jawa), dalam pewayangan memiliki arti lagu vokal yang dilantunkan oleh dalang untuk memberikan suasana tertetu dalam adegan-adegan pertunjukan wayang.[1] Suluk berisi tembang-tembang dalam bahasa Jawa.[1] Suluk dapat berisi puji-pujian, mantra, dan petuah.[1] Syair suluk bersumber dari tembang atau kakawin yang berupa sekar ageng, sekar tengahan, dan sekar macapat.[1] Suluk adalah keahlian khas seorang dalang dan merupakan ciri khas pentas wayang.[2] [3] Ketepatan dalam melafalkan dan menyanyikan suluk sesuai dengan nada gamelan adalah mutlak dalam pendidikan pedalangan.[2] Tiap wilayah budaya memiliki istilah khusus untuk menyebut suluk.[1] Ketika seorang dalang melantunkan suluk, iringan gamelan mengalun pelan dan samar-samar.[4] Sang dalang sendiri melantukan suluk sambil mengetok-ngetok kotak penyimpanan wayang dan membunyikan kepyak.[4] Dalam kondisi tertentu suluk dapat dilantunkan oleh sinden atas perintah dalang.[5] (sumber : wikipedia)

Suluk atau sulukan berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah ajaran yang berhubungan dengan mistik Jawa.[1] Suluk biasanya berbentuk tembang seperti, Suluk Wujil, Suluk Dewa Ruci, dan Suluk Malang Sumirang.[1] Namun, dalam pentas wayang artinya menyempit menjadi lagu yang dilantunkan oleh dalang sekalipun isi yang esensial dari keduanya mirip.[1] (sumber : wikipedia)

Sedangkan Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama Islam dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah. Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri, Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati (ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan. Dan kemudian berdasarkan referensi yang diatas, menurut interprestasi saya bahwa Suluk dalam pengertian pewayangan maupun pengertian suluk dalam istilah agama islam hampir memiliki kesamaan maksud yaitu sesuatu hal yang berkaitan dengan suatu yang dilakukan dalam upaya pencapaian spiritual. (sumber : wikipedia)

Dalam karya lukis berjudul "Punakawan Suluk" ini saya kemudian mencoba menggambarkan objek langit atau awan, matahari dan sebuah gunungan wayang sebagai latar belakang tokoh punakawan yang saya gambar sebagai point of interest dalam lukisan tersebut. Hal ini saya maksudkan untuk mendeskripsikan ide bahwa suluk adalah sebuah perjalanan spiritual menuju atas (vertikal). Dengan menggambarkan langit dengan beberapa gradasi warna dasar biru merupakan upaya untuk menyampaikan maksud langit yang berlapis-lapis, dan gambar awan gaya motif batik mega mendung sebagai 'isen-isen'-nya agar lebih cantik. Dipertegas dengan gambar matahari yang sengaja diletakkan di ujung kanvas. Gambar gunungan wayang dengan pilihan warna kuning berlapis warna keemasan sebagai objek penguat simbol puncak tujuan spiritualnya.
Lukisan dengan gaya ornamen dekoratif khas wayang beber sengaja dipilih untuk mempertahankan ciri khas punakawan sebagai karakter wayang.
Demikian yang bisa saya deskripsikan mengenai karya lukis yang saya buat, semoga lukisannya bisa menyenangkan hati dan memberikan inspirasi bagi  yang melihat dan menikmatinya. berterima kasih.




Judul : "punokawan suluk"
Media : acrylic on canvas
Size : 45 X 65 cm
Tahun : april 2021
Pelukis : Luwarso Akhiriono 
Koleksi lukisan : milik bpk. Romi-Bogor.


Sabtu, 03 April 2021

Berla(d)jar Menuliskan Nama-Mu

Sejauh kamu pergi pastinya akan bersandar juga. Bagi saya hidup memang seperti petualangan. Tantangan dan rintangan akan selalu ada satu langkah didepan kita. Luasnya samudera kehidupan yang kita arungi 




Title    : Berla(d)jar Menuliskan Nama-Mu  Media : mixed media on canvas, acrilyc and graphics pencil.  Size     : 45X65cm  Tahun :  2020


Title    : Berla(d)jar Menuliskan Nama-Mu
Media : mixed media on canvas, acrilyc and graphics pencil.
Size     : 45X65cm
Tahun :  2020