Halaman

Jumat, 26 Oktober 2012

"di ujung kailku"

...lalu ku lempar kail sekuat tenaga agar jatuh ketengah telaga, bersama harapan yang ada dalam otakku yang dangkal, "dapat ikan" kataku dalam hati.

Dua jam berlalu aku ber-diri di tepi telaga ini, diatas ranting pohon yang tumbang diterpa badai musim hujan tahun lalu. Lima menit berlalu terhitung dari lemparan kailku yang terakhir, ada sedikit gerakan di pengapung kailku, sedikit sekali, nyaris tak terlihat, hampir tak terasa getaranya di pangkal joran yang aku pegang, nafasku tertahan, semua konsentrasi kuarahkan pada gerakan pengapung kailku, semua reflek kusiapkan pada kedua tanganku yang memegang kuat namun rileks pada joran keberuntungan milikku.
 
dan, lagi... "sial", kataku dalam hati, kutarik mata kailku dari dalam air, tak kudapati umpan sedikitpun karena telah habis dimakan ikan. kupasang lagi umpan dengan penuh pengharapan untuk kudapatkan ikan. 

"satu saja", kataku dalam hati, agar aku tak pulang dengan tangan hampa. dengan sedikit jampi-jampi yang pernah di beri pak kyai waktu belajar ngaji duapuluh tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku SMP.

jampi-jampi ini cukup terbukti buatku, entah karna aku cukup tersugesti, entah karena ini keberuntungan, atau entah karena memang cukup manjur jampi-jampi ini.

aku tak pernah tahu dan tak pernah memusingkannya, sebab yang kuinginkan hanyalah keberuntungan, yang kulemparkan adalah harapan, dan yang ku tunggu adalah waktu.

waktupun cepat berlalu, diantara kail dan lamunanku, sore tlah memanggilku untuk menambatkan harapan, "biarlah ikan ikan itu menunggu lemparan umpanku lain waktu", kata dalam benakku.
Tak ada ikan yang ku dapat, bahkan  tak ada kekecewaan sore itu, yang ada hanyalah joran dan mata kailku, yang telah melewati waktu.

"Dan aku hanyalah raga yang berteman asa, waktu dan keberuntungan".

semarang, 26 oktober 2012


judul gambar: "mancing iwak"//doodling with drawing pen on paper//size A3

Tidak ada komentar: