Halaman

Kamis, 13 Mei 2010

belajar bohong dan membiasakan jujur

kebohongan akan selalu ada, tidak usah di pungkiri apalagi diperdebatkan, dan kejujuran merupakan sesuatu yang di harapkan setiap manusia: tua - muda, anak-anak - dewasa, Laki-laki - perempuan, siapa saja berhak mendapatkan dan menginginkannya. meski tak berbentuk atau tak ber volume hal ini merupakan sesuatu yang istimewa, mahal dan saat ini masih terbatas jumlahnya(entah mungkin sengaja dibatasi). siapa sih yang mau dibohongi? kalaupun mau dan menerima, itu karena sudah terlanjur terjadi, dan tak sedikit pula yang meninggalkan dendam berkepanjangan. sebagian orang mengatakan kejujuran adalah modal untuk melanjutkan sesuatu, baik itu usaha, karier, bahkan perasaan antara hubungan lain jenis. menurutku itu suatu cara untuk memotivasi seseorang untuk berbuat jujur, padahal kejujuran itu seharusnya tanpa pamrih, tanpa tendensi, karena kejujuran bukan suatu barang yang bisa (seharusnya tidak) diperjual-belikan. itupun kalau anda sepakat!
tidak harus dikatakan lewat lisan, sesuatu yang ditutup tutupi itu termasuk kebohongan. tak perlu belajar, otak manusia cukup mampu untuk melakukan tindakan kebohongan, namun untuk kata "jujur" kenapa manusia harus banyak belajar? apakah anda sepakat?
susah memang...keduanya berada di frekuensi yang sama, otak dan perasaan bersinggungan langsung dengan dua hal tersebut, kebohongan dan kejujuran. Sedangkan manusia lebih sering membiasakan kebohongan dan untuk belajar jujur. Kenapa manusia tidak membiasakan jujur saja dan belajar tidak untuk bohong. Saya rasa efeknya akan berbeda, mari kita coba.

Tidak ada komentar: